Jumat, 02 Oktober 2009

sejarah jepara


Asal nama Jepara berasal dari perkataan Ujung Para, Ujung Mara dan Jumpara yang kemudian menjadi Jepara, yang berarti sebuah tempat pemukiman para pedagang yang berniaga ke berbagai daerah. Menurut buku “Sejarah Baru Dinasti Tang (618-906 M)” mencatat bahwa pada tahun 674 M seorang musafir Tionghoa bernama I-Tsing pernah mengunjungi negeri Holing atau Kaling atau Kalingga yang juga disebut Jawa atau Japa dan diyakini berlokasi di Keling, kawasan timur Jepara sekarang ini, serta dipimpin oleh seorang raja wanita bernama Ratu Shima yang dikenal sangat tegas.

Menurut seorang penulis Portugis bernama Tome Pires dalam bukunya “Suma Oriental”, Jepara baru dikenal pada abad ke-XV (1470 M) sebagai bandar perdagangan yang kecil yang baru dihuni oleh 90-100 orang dan dipimpin oleh Aryo Timur dan berada dibawah pemerintahan Demak. Kemudian Aryo Timur digantikan oleh putranya yang bernama Pati Unus (1507-1521). Pati Unus mencoba untuk membangun Jepara menjadi kota niaga.

Pati Unus dikenal sangat gigih melawan penjajahan Portugis di Malaka yang menjadi mata rantai perdagangan nusantara. Setelah Pati Unus wafat digantikan oleh ipar Faletehan /Fatahillah yang berkuasa (1521-1536). Kemudian pada tahun 1536 oleh penguasa Demak yaitu Sultan Trenggono, Jepara diserahkan kepada anak dan menantunya yaitu Ratu Retno Kencono dan Pangeran Hadiri suami. Namun setelah tewasnya Sultan Trenggono dalam Ekspedisi Militer di Panarukan Jawa Timur pada tahun 1546, timbulnya geger perebutan tahta kerajaan Demak yang berakhir dengan tewasnya Pangeran Hadiri oleh Aryo Penangsang pada tahun 1549.

Kematian orang-orang yang dikasihi membuat Ratu Retno Kencono sangat berduka dan meninggalkan kehidupan istana untuk bertapa di bukit Danaraja. Setelah terbunuhnya Aryo Penangsang oleh Sutowijoyo, Ratu Retno Kencono bersedia turun dari pertapaan dan dilantik menjadi penguasa Jepara dengan gelar NIMAS RATU KALINYAMAT.

Pada masa pemerintahan Ratu Kalinyamat (1549-1579), Jepara berkembang pesat menjadi Bandar Niaga utama di Pulau Jawa, yang melayani eksport import. Disamping itu juga menjadi Pangkalan Angkatan Laut yang telah dirintis sejak masa Kerajaan Demak.

Sebagai seorang penguasa Jepara, yang gemah ripah loh jinawi karena keberadaan Jepara kala itu sebagai Bandar Niaga yang ramai, Ratu Kalinyamat dikenal mempunyai jiwa patriotisme anti penjajahan. Hal ini dibuktikan dengan pengiriman armada perangnya ke Malaka guna menggempur Portugis pada tahun 1551 dan tahun 1574. Adalah tidak berlebihan jika orang Portugis saat itu menyebut sang Ratu sebagai “RAINHA DE JEPARA”SENORA DE RICA”, yang artinya Raja Jepara seorang wanita yang sangat berkuasa dan kaya raya.

Serangan sang Ratu yang gagah berani ini melibatkan hamper 40 buah kapal yang berisikan lebih kurang 5.000 orang prajurit. Namun serangan ini gagal, ketika prajurit Kalinyamat ini melakukan serangan darat dalam upaya mengepung benteng pertahanan Portugis di Malaka, tentara Portugis dengan persenjataan lengkap berhasil mematahkan kepungan tentara Kalinyamat.

Namun semangat Patriotisme sang Ratu tidak pernah luntur dan gentar menghadapi penjajah bangsa Portugis, yang di abad 16 itu sedang dalam puncak kejayaan dan diakui sebagai bangsa pemberani di Dunia.

Dua puluh empat tahun kemudian atau tepatnya Oktober 1574, sang Ratu Kalinyamat mengirimkan armada militernya yang lebih besar di Malaka. Ekspedisi militer kedua ini melibatkan 300 buah kapal diantaranya 80 buah kapal jung besar berawak 15.000 orang prajurit pilihan. Pengiriman armada militer kedua ini di pimpin oleh panglima terpenting dalam kerajaan yang disebut orang Portugis sebagai “QUILIMO”.

Walaupun akhirnya perang kedua ini yang berlangsung berbulan-bulan tentara Kalinyamat juga tidak berhasil mengusir Portugis dari Malaka, namun telah membuat Portugis takut dan jera berhadapan dengan Raja Jepara ini, terbukti dengan bebasnya Pulau Jawa dari Penjajahan Portugis di abad 16 itu.

Sebagai peninggalan sejarah dari perang besar antara Jepara dan Portugis, sampai sekarang masih terdapat di Malaka komplek kuburan yang di sebut sebagai Makam Tentara Jawa. Selain itu tokoh Ratu Kalinyamat ini juga sangat berjasa dalam membudayakan SENI UKIR yang sekarang ini jadi andalan utama ekonomi Jepara yaitu perpaduan seni ukir Majapahit dengan seni ukir Patih Badarduwung yang berasal dari Negeri Cina.

Menurut catatan sejarah Ratu Kalinyamat wafat pada tahun 1579 dan dimakamkan di desa Mantingan Jepara, di sebelah makam suaminya Pangeran Hadiri. Mengacu pada semua aspek positif yang telah dibuktikan oleh Ratu Kalinyamat sehingga Jepara menjadi negeri yang makmur, kuat dan mashur maka penetapan Hari Jadi Jepara yang mengambil waktu beliau dinobatkan sebagai penguasa Jepara atau yang bertepatan dengan tanggal 10 April 1549 ini telah ditandai dengan Candra Sengkala TRUS KARYA TATANING BUMI atau terus bekerja keras membangun daerah.



wisata kota jepara

Obyek Pariwisata




Pantai Kartini

Obyek Wisata Pantai Kartini terletak 2,5 Km ke Arah barat dari Pendopo Kabupaten Jepara. Obyek Wisata ini berada di Kelurahan Bulu Kecamatan Jepara dan merupakan obyek wisata alam yang menjadi dambaan wisatawan. Berbagai sarana pendukung seperti dermaga, kolam pancing, motel, permainan anak-anak, lapangan tenis, Souvenir Shop dan lain-lain telah tersedia untuk para pengunjung. Suasana di sekitar pantai yang cukup sejuk memang memberikan kesan tersendiri buat pengunjung, sehingga tempat ini sangat cocok untuk rekreasi keluarga atau acara santai lainnya.

Ditempat ini pula para pengunjung dapat melepaskan lelah dengan duduk-duduk dibawah gazebo sambil menghirup udara segar bersama terpaan angin laut. Kawasan dengan luas lahan 3,5 ha ini merupakan kawasan yang strategis, karena sebagai jalur transportasi laut menuju obyek Wisata Taman LAut Karimun Jawa dan Pulau Panjang.





Obyek Wisata Benteng Portugis di Jepara

Benteng Portugis yang terletak 45 Km di sebelah utara Kota Jepara menjadi salah satu obyek wisata andalan Kabupaten Jepara.

Dilihat dari sisi geografis benteng ini tampak sangat strategis untuk kepentingan militer. Benteng ini dibangun diatas sebuah bukit batu dipinggir laut dan persis didepannya Pulau Mondoliko.

Kepulauan Kariminjawa

Kabupaten Jepara terdiri dari 16 Kecamatan, salah satunya adalah Kecamatan Kariminjawa yang berjarak 45 mil laut dari Kota Jepara.

Daya tarik khusus bagi wisatawan

  • Panorama laut yang indah bagai telaga dengan gugusan kepulauan yang tersebar.
  • Hamparan pasir putih yang membentang di kawasan pantai maupun diseluruh pulau
  • Dapat melakukan kegiatan hiking, snorkeling, diving, Fishing/memancing, dayung dan sebagainya
  • Menikmati keindahan biota laut dengan aneka ragam ikan hias dan bermacam karang laur yang menarik.
  • Masih terdapat jenis satwa langka seperti menjangan, landak, trenggiling, ular kedor, burung garuda dan ikan lele tanpa patil.
  • Gunung dengan penghijauannya hutan tertutup yang masih perawan.
  • Dapat menyaksikan ikan hiu, kerapu, lemuna, tripang di keramba.
  • Bila perjalanan memakai kapal laut, dapat menikmati iringan ikan lumba-lumba di sebelah kapal

Air Terjun Songgo Langit

Obyek wisata ini terletak di Desa Bucu Kecamatan Kembang 30 Km sebelah utara dari Kota Jepara. Air terjun ini mempunyai ketinggian 80 meter dan lebar 2 meter . Panorama alam disekitar obyek wisata ini begitu indah dan udaranya cukup nyaman, sehingga cocok untuk acara santai atau kegiatan rekreasi lainnya. Ditempat ini banyak dijumpai kupu-kupu yang beraneka ragam. Untuk mencapai Air Terjun Songgo Langit dapat ditempuh dengan kendaraan roda 2 maupun roda 4 dengan komdisi jalan beraspal.





Kelenteng “Hian Thian Siang Tee” Welahan

Kelenteng Welahan yang diberi nama “Hian Thian Siang Tee” terletak 20 Km ke arah selatan dari pusat kota Jepara, di Desa Welahan Kecamatan Welahan Kabupaten Jepara, Sebuah desa yang menyimpan peninggalan kuno Tiongkok dan menjadi salah satu asset wisata sejarah di Jepara, dimana berdiri megah dua kelenteng yang dibangun seorang tokoh pengobatan dari Tiongkok bernama Tan Siang Boe bersama dengan kakaknya Tan Siang Djie, untuk menuju obyek wisata sejarah ini didukung dengan berbagai prasarana diantaranya jalan beraspal dapat menggunakan kendaraan roda 2 maupun roda 4 atau angkutan umum.

Anjungan Jepara di Puri Maerokoco Jawa Tengah

Anjungan Jepara di Puri Maerokoco dibangun berdasarkan Surat Gubernur Daerah Tingkat I Jawa Tengah Nomor :510.0/32442 tanggal 29 Agustus 1991 yang merupakan sarana informasi dan Promosi Kabupaten Jepara tentang produk andalan komoditi non migas yang berupa Industri Kerajinan dari Pariwisata. Luas Anjungan Jepara di Puri Maerokoco Semarang adalah 890.74 m2 yang terdiri:

  1. Bangunan Tradisional dengan luas bangunan 63 m3
  2. Pradonggo Birowo dengan luas bangunan 29,16 m2
  3. Selupture Palace dengan luas bangunan 9 m2
  4. Bangunan serba guna dengan luas bangunan 147 m2
  5. Gapura Mantingan dengan luas bangunan 12,75 m2

Pantai Tirta Samudra

Pantai Tirta Samudra atau yang dikenal dengan sebutan Pantai Bandengan terletak 7 Km senelah utara dari pusat kota. Pantai yang airnya jernih dan berpasir putih ini sangat cocok untuk lokasi mandi. Tak jarang para wisatawan yang dating sengaja melakukan mandi laut. Umumnya mereka anak-anak, remaja dan para wisatawan manca Negara. Biasanya saat yang paling disuka adalah pada waktu pagi hari dan di saat sore hari menjelang senja dimana akan tampak panorama sunset yang memukau.



Selintas Museum RA. Kartini

Museum RA Kartini terletak di pusat kota atu tepatnya di sebelah utara alun-alun kota Jepara. Museum RA Kartini termasuk jenis museum umum dan sekaligus sebagai obyek wisata sejarah yang dikelola oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Jepara selaku Dinas Teknis yang ditunjuk oleh pemerintah daerah. Museum ini dibuka setiap hari dan sering dikunjungi para wisatawan baik wisata mancanegara (Wisman) maupun wisata nusantara (Wisnus). Museum RA Kartini didirikan pada tanggal 30 Maret 1975 pada masa pemerintahan Bupati Soewarno Djojomardowo, SH, sedangkan peresmiannya dilakukan pada tanggal 21 April 1977 oleh Bupati KDH Tingkat II Jepara, Soedikto, SH.

Selengkapnya...